Terkini
Pelajar Indonesia serbu penempatan sementara pelarian Rohingya
Ratusan pelajar universiti di Aceh, Indonesia menyerbu pusat perlindungan sementara yang menempatkan pelarian Rohingya di Balai Meuseuraya, Banda Aceh dalam insiden terbaharu membabitkan penolakan terhadap kelompok minoriti Myanmar itu pada Rabu.
- Ratusan pelajar universiti di Aceh, Indonesia menyerbu pusat perlindungan sementara yang menempatkan pelarian Rohingya di Balai Meuseuraya, Banda Aceh dalam insiden terbaharu membabitkan penolakan terhadap kelompok minoriti Myanmar itu pada Rabu.
- Pelajar universiti itu dilaporkan menarik dan membawa pelarian Rohingya tersebut menggunakan truk untuk dipindahkan ke pejabat Kementerian Undang-Undang dan Hak Asasi Manusia Indonesia (Kemenkumham).
- Tindakan itu dilihat sebagai antara tindak balas masyarakat terhadap pemerintah yang didakwa selama ini tidak serius dalam menangani gelombang kedatangan pelarian Rohingya.
- Sejak 14 November hingga 10 Disember lalu, terdapat sembilan gelombang pelarian Rohingya yang memasuki wilayah di Indonesia melalui kawasan Pidie, Bireun, Aceh Besar dan Kota Sabang.
Ratusan pelajar universiti di Aceh, Indonesia menyerbu pusat perlindungan sementara yang menempatkan pelarian Rohingya di Balai Meuseuraya, Banda Aceh dalam insiden terbaharu membabitkan penolakan terhadap kelompok minoriti Myanmar itu pada Rabu.
Pelajar universiti itu dilaporkan menarik dan membawa pelarian Rohingya tersebut menggunakan trak untuk dipindahkan ke pejabat Kementerian Undang-Undang dan Hak Asasi Manusia Indonesia (Kemenkumham).
Tindakan itu dilihat sebagai antara tindak balas masyarakat terhadap pemerintah yang didakwa selama ini tidak serius dalam menangani gelombang kedatangan pelarian Rohingya.
Sejak 14 November hingga 10 Disember lalu, terdapat sembilan gelombang pelarian Rohingya yang memasuki wilayah di Indonesia melalui kawasan Pidie, Bireun, Aceh Besar dan Kota Sabang.
Berbeza seperti sebelum ini, masyarakat Aceh hari ini tidak lagi menerima pelarian itu dengan tangan terbuka malah secara terang-terangan menolak mereka dengan pelbagai alasan.
Pemerhati Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Faudzan Farhana berkata usaha menangani pelarian Rohingya di Indonesia selama ini seolah-olah dipertanggungjawabkan kepada masyarakat tempatan sementara pemerintah tidak serius dengannya.
“Ya, pasti akan ada risiko seperti insiden kebelakangan ini, di mana meskipun masyarakat mampu memberikan bantuan, ia hanya terbatas dengan kemampuan mereka.
“Sementara masyarakat di Aceh, kita tahu keadaan mereka bagaimana. Saya melihat reaksi penolakan kebelakangan ini seperti bara dalam sekam yang menunggu untuk terbakar,” katanya dipetik portal VOA pada Khamis.
Sumber: VOA Indonesia